•  

    Terima kasih atas kepercayaan kamuDalam bertransaksi trading forex di Salma Markets!

    Cukup membuat deposit minimal $ 1 ke akun Anda!

    Dapatkan kondisi trading terbaik dan penawaran bonus yang menarik! Yuk segera berinvestasi trading forex! di Salma Markets! Dan dapatkan kondisi trading terbaik!

    Salma Markets - berinvestasi dalam kemenangan Anda!

  • toolbarCollapseOpenAccount_1
  • Salma Kabinet Klien

    • Pengaturan pribadi
    • Akses ke semua layanan Salma
    • Statistik dan laporan terperinci tentang perdagangan
    • Berbagai macam transaksi keuangan
    • Sistem mengelola beberapa akun
    •  Perlindungan data maksimum
  • cabinet_client1

Berita Pasar

Informasi yang direkomendasikan

demo Berita Pasar

Rupiah Libas Dollar AS, Tidak Terpengaruh Isu Reflasi

Pada perdagangan sore ini, Selasa (22/11/22) nilai tukar rupiah ditutup ke sisi positif. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menguat sebesar 16 poin pada level Rp 15.696. Menguatnya nilai tukar rupiah ini membuktikan bahwa mata uang Asia tidak begitu terpengaruh dengan isu reflasi.

Menguatnya nilai tukar rupiah imbas dari dollar AS yang terus menurun akibat terdorong konsolidasi setelah menguat dari dorongan Covid. Saat ini dollar AS tengah terpantau terus bergerak turun.

Penguatan mata uang Indonesia ini sebenarnya berbanding terbalik dengan kondisi yang terjadi di dalam negeri. Menurut Ibrahim Assuaibi, Pengamat Pasar Uang, Ada ancaman baru yang harus diwaspadai oleh ekonomi global, yaitu Reflasi.

Reflasi merupakan kombinasi dari risiko resesi dan juga tingginya inflasi. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan mengalami penurunan dari yang sebelum diprediksi berada di 3%, dan justru akan turun 2.6% di tahun 2023.

Di sisi lain, tekanan inflasi dan inflasi inti global juga diperkirakan masih cukup tinggi sampai tahun depan. Di Indonesia sendiri, Bank Indonesia memperkirakan tingkat inflasi dunia bisa mencapai 9.2% hingga akhir tahun dan masih akan cukup tinggi di tahun 2023.

BI juga memperkirakan bahwa Amerika Serikat masih akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin hingga mencapai 4.5% di tahun 2022. Diperkirakan kenaikan suku bunga akan mencapai puncaknya pada paruh pertama 2023.

 

Dollar AS Melemah Pasca Konsolidasi Covid

Nilai tukar mata uang Amerika Serikat terpantau turun pada awal perdagangan Eropa pada Selasa kemarin (22/11/22). Padahal sebelumnya dollar AS sudah sempat menguat saat memburuknya situasi Covid di China yang mendorong permintaan untuk mata uang safe haven.

Pada Selasa sore, indeks dollar AS yang mengukur greenback terhadap mata uang lainnya menunjukkan adanya penurunan 0.2% di angka 107.507.  Pada malam sebelumnya, nilai dollar padahal mengalami kenaikan mendekati 0.8%  dan menjadi kenaikan terbesar sejak 3 November.

Sebelumnya China telah melaporkan akan adanya lonjakan kasus baru Covid-19. Data di lapangan menunjukkan angka infeksi harian telah mencapai rekor tertinggi mendorong langkah-langkah lockdown di beberapa pusat ekonomi.

Meningkatkan angka Covid ini menambah kekhawatiran bahwa aktivitas ekonomi akan sangat terpengaruh di negara tersebut. Meski begitu, sepertinya ada fase konsolidasi yang terjadi di hari Selasa setelah kenaikan besar sesi sebelumnya untuk dollar.

USD/CNY menunjukkan penurunan 0.1% di angka 7.1586 setelah sempat naik lebih dari 0.7%. Sementara itu, GBP/USD justru menunjukkan adanya kenaikan 0.2% di angka 1.184 setelah sempat mengalami penurunan 0.6%.

Di sisi lain, UER/USD naik 0.2% di angka 1.0265 atau rebound setelah sempat jatuh 0.8% pada saat menjelang rilis angka kepercayaan konsumen zona euro untuk bulan November. Sedangkan USD/JPY menurun 0.2% di angka 141.81 setelah sempat naik lebih dari 1% pada sesi sebelumnya.

Rata-Rata Mata Uang Asia Menguat Pasca Jatuh

Setelah sempat jatuh pada moment hawkish the Fed, saat ini mata uang Asia sudah mulai menguat kembali. Mata uang Asia sebagian besar menunjukkan adanya kenaikan pada penutupan perdagangan hari Selasa sore  kemarin.

Pada hari sebelumnya, mata uang Asia sempat terjun bebas dalam beberapa sesi terakhir. Hal ini terjadi akibat sikap hawkish the Fed dan meningkatnya kasus Covid-19 di China yang menimbulkan kekhawatiran pada pelaku pasar.

Yuan China menunjukkan kenaikan 0.2% di angka 7.1518 terhadap dollar AS. Tidak hanya itu, Won Korea Selatan juga menunjukkan pemulihan 0.5% dari hari sebelumnya. Dollar Singapura juga naik sebesar 0.1%.

Yen Jepang juga terpantau naik 0.3% dari level terendah 10 hari sebelumnya. Sedangkan untuk Rupee India, terpantau mendatar. Salah satu mata uang yang mengalami penurunan adalah ringgit Malaysia yang turun 0.1% akibat kebuntuan politik yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

Saat ini fokus pelaku pasar tengah beralih pada risalah rapat bulan November the Fed. Rencananya hasil rapat tersebut akan dirilis pada hari Kamis (24/11/22). Hasil ini sekaligus akan menjadi isyarat lebih lanjut terkait kebijakan moneter Amerika Serikat yang juga akan berpengaruh terhadap kondisi mata uang Asia, termasuk Rupiah.

KOMENTAR DI SITUS

FACEBOOK

Tampilkan komentar yang lebih lama
bg_custom-support

ic_info 24/5 Dukungan Pelanggan

Tim dukungan pelanggan kami yang berdedikasi siap memberikan dukungan lokal dalam 10 bahasa.

Confirmation